Selasa, 23 Oktober 2012

EKSISTENSI JATI DIRI DI TENGAH GELOMBANG DINAMIKA SOSIAL



Dinamika yang mengiringi proses globalisasi membawa perubahan-perubahan bagi segala aspek kehidupan. Baik dari segi ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Perubahan-perubahan tersebut dapat berupa gaya hidup baru atau atau perombakan sistem sosial.
Salah satu perangkat globalisasi yang dominan adalah teknologi. Meskipun banyak memberikan kontribusi demi kemajuan, akan tetapi teknologi justru menjadi tirani tercepat dalam pemupusan jati diri para pelaku dalam lingkaran globalisasi tersebut.
Remaja Indonesia merupakan contoh konkret korban arus globalisasi. Selain mengalami imoralisasi dan perubahan gaya hidup yang drastis, para remaja Indonesia juga mengalami perubahan corak bersosialisasi antar sesamanya. Majelis mereka umumnya tidak berlandaskan pola komunikasi natural sebagaimana kebiasaan  masyarakat Indonesia aslinya.

Kita dapat melihat pada realitas keseharian, banyak ditemukan kelompok-kelompok/ perkumpulan remaja yang dari luar terlihat bersama namun hakekatnya interaksi di antara mereka tidak terjalin dengan semestinya. Sudah banyak contoh. Misalnya, sekelompok anak sedang bersama berkumpul di kantin atau tempat lain tetapi mereka tidak saling berbincang. Sebaliknya mereka malah masuk ke dunia lain yakni dunia gadget dan tenggelam dalam jejaring di dalamnya. Padahal secara hakiki, lahir mereka telah bersua. Namun mereka tidak berkomunikasi secara langsung seperti halnya budaya asli Indonesia, justru mereka lebih melayani dunia maya yang jelas-jelas tidak nyata.
Coba kita pikir, jika kita sedang berkumpul dengan teman-teman kita tetapi kita tidak saling berbicara. Malah kita masing-masing memegang hp/laptop. Ada yang sms, ada yang main facebook. Padahal semua itu hanya maya, mengapa kita tidak mengoptimalkan perbincangan dalam pertemuan yang nyata?
Dampak lain, orang yang sudah asyik terjun bermain hp/laptop biasanya lupa waktu kemudian bermalas-malasan, melalaikan tugas dan kewajibannya.
Padahal, semboyan kita sebagai warga Nahdliyyin adalah “Menjaga budaya lama yang baik dan mengambil budaya baru yang lebih baik”.
Teknologi memang baik digunakan sebagai perangkat memajukan kehidupan, tetapi tidak serta merta merubah karakter bangsa. Apalagi jika sampai terjun ke hal yang rawan negatif.
Maka, sebaiknya kita tetap memanfaatkan teknologi yang ada untuk menunjang usaha memajukan kehidupan tanpa merubah tatanan budaya bangsa kita.
Ref: Q.S Ar-Ra’d ayat 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.