Dinamika yang mengiringi proses globalisasi membawa
perubahan-perubahan bagi segala aspek kehidupan. Baik dari segi ekonomi,
sosial, budaya maupun pendidikan. Perubahan-perubahan tersebut dapat berupa
gaya hidup baru atau atau perombakan sistem sosial.
Salah satu perangkat globalisasi yang dominan adalah
teknologi. Meskipun banyak memberikan kontribusi demi kemajuan, akan tetapi
teknologi justru menjadi tirani tercepat dalam pemupusan jati diri para pelaku
dalam lingkaran globalisasi tersebut.
Remaja Indonesia merupakan contoh konkret korban arus
globalisasi. Selain mengalami imoralisasi dan perubahan gaya hidup yang
drastis, para remaja Indonesia juga mengalami perubahan corak bersosialisasi
antar sesamanya. Majelis mereka umumnya tidak berlandaskan pola komunikasi
natural sebagaimana kebiasaan masyarakat
Indonesia aslinya.
Kita dapat melihat pada realitas keseharian, banyak
ditemukan kelompok-kelompok/ perkumpulan remaja yang dari luar terlihat bersama
namun hakekatnya interaksi di antara mereka tidak terjalin dengan semestinya.
Sudah banyak contoh. Misalnya, sekelompok anak sedang bersama berkumpul di
kantin atau tempat lain tetapi mereka tidak saling berbincang. Sebaliknya
mereka malah masuk ke dunia lain yakni dunia gadget dan tenggelam dalam
jejaring di dalamnya. Padahal secara hakiki, lahir mereka telah bersua. Namun
mereka tidak berkomunikasi secara langsung seperti halnya budaya asli
Indonesia, justru mereka lebih melayani dunia maya yang jelas-jelas tidak
nyata.
Coba kita pikir, jika kita sedang berkumpul dengan
teman-teman kita tetapi kita tidak saling berbicara. Malah kita masing-masing
memegang hp/laptop. Ada yang sms, ada yang main facebook. Padahal semua itu hanya
maya, mengapa kita tidak mengoptimalkan perbincangan dalam pertemuan yang
nyata?
Dampak lain, orang yang sudah asyik
terjun bermain hp/laptop biasanya lupa waktu kemudian bermalas-malasan,
melalaikan tugas dan kewajibannya.
Padahal, semboyan kita sebagai warga Nahdliyyin adalah
“Menjaga budaya lama yang baik dan mengambil budaya baru yang lebih baik”.
Teknologi memang baik digunakan
sebagai perangkat memajukan kehidupan, tetapi tidak serta merta merubah
karakter bangsa. Apalagi jika sampai terjun ke hal yang rawan negatif.
Maka, sebaiknya kita tetap memanfaatkan teknologi yang
ada untuk menunjang usaha memajukan kehidupan tanpa merubah tatanan budaya
bangsa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.