Minggu, 20 Mei 2012

MOMENTUM KEBANGKITAN YANG SEMAKIN TERPURUK


20 Mei, sadarkah kawan akan makna tersirat dari berputarnya waktu hingga menunjuk tanggal tersebut? Tanggal 20 Mei diyakini sebagai hari sakral yang menyimpan momen perjuangan rakyat Nusantara. Tepatnya semenjak tahun 1908, yang merupakan tahun berdirinya organisasi Boedi Oetomo.
Dari sudut pandang seremonial, kita dapat melihat secara kasat mata bahwa penghormatan berupa upacara Hari Kebangkitan Bangsa atau yang lebih akrab disebut HARKITNAS tersebut  masih sedikit nampak di sekitar kita. Namun, bukankah regenerasi perjuangan di kancah era masa kini justru lebih penting dari sekadar rangkaian upacara peringatan?
Bukan bermaksud membandingkan masa sekarang yang disebut sebagai era reformasi dengan era orde baru, namun untuk sekedar bercermin tidak ada salahnya kita menengok  ke lorong zaman dahulu di mana rezim orde baru masih berjaya, semangat HARKITNAS tidak hanya digencarkan melalui acara-acara seremonial serupa upacara tetapi juga selalu direfleksikan dalam berbagai kegiatan yang bersifat menstimulasi semangat nasionalis, seperti lomba-lomba, seminar, pameran pembangunan, bazar produk dalam negeri dan lain sebagainya.
Dan, mengapa di ruang penuh kebebasan dan kesempatan bernama era reformasi ini kegiatan-kegiatan bernafaskan peringatan HARKITNAS yang semestinya melebihi peringatan di masa Orde Baru justru semakin memudar bahkan tenggelam oleh hingar-bingar problema yang justru bertolak arus dengan jiwa patriotis? Padahal, jika kita meninjau makna reformasi hakikatnya merupakan iklim yang menunjang berkibarnya panji-panji perjuangan yang akan mewujudkan cita-cita bangsa.
Nampak jelas di hadapan kita, berbagai konflik yang menimbulkan disintregasi antar warga Indonesia semakin menanjakkan pamornya. Jangankan debut perjuangan sejati, bahkan sekedar wacana kebangsaan seringkali terabaikan oleh perhatian kita. Jika sudah begitu, bagaimana kita d`pat menderaskan kembali derap langkah dalam rangka menggapai perwujudan cita-cita bangsa?
Antara warga negara dan Pemerintah sama-sama mengacuhkan arti Hari Kebangkitan. Sekarang bukan waktunya untuk mengadu memperdebatkan mengenai siapa yang layak disalahkan. Entah kebobrokan moral bangsa ataukah kemerosotan kualitas pemerintahan yang lebih pantas menyandang gelar biang keladi. Peringatan serta reinkarnasi Kebangkitan Bangsa lebih penting untuk dihidupkan daripada meengadu argumen-argumen omong kosong yang hanya menyumbangkan kebisingan.
Jika peringatan tanggal 20 Mei sebagai hari sakral Kebangkitan Nasional saja tidak dapat menyita perhatian kita selaku warga negara yang baik, bagaimana mungkin kita dapat menguras perhatian kita seutuhnya untuk menggugah kembali semangat perjuangan serta persatuan bangsa? Padahal semestinya semangat kebangkitan tidak hanya harus disulut dalam balutan upacara peringatan sekali dalam setahun. Semangat kebangkitan sejati telah terlahir jauh sebelum kelahiran Organisasi Boedi Oetomo dijadikan tonggak momentum perjuangan rakyat. Jiwa pejuang sebenarnya justru senantiasa membangkitkan semangat berbangsa setiap kali mereka bernafas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.