Sabtu, 10 Desember 2011

CAK DURASIM : PAHLAWAN SENI

Siapa yang tak kenal pada Gondo Durasim atau yang lebih familiar dengan panggilan Cak Durasim? Nama Cak Durasim kerap disebut dalam pembahasan-pembahasan seni. Bahkan mahasiswa-mahasiswa ITB selalu merujuk padanya bila memperbincangkan hal mengenai ludruk. Seniman ludruk ini merupakan pencetus awal atas keberadan kontroversi social dalam wujud seni. Parikan prioritas Cak Durasim yang berbunyi “ Pegupon omahe doro, melu Nippon tambah soro” menjadi bukti otentik akan sejarah kritisasi yang telah tumbuh sejak zaman penjajahan Jepang.. awalnya, pemerintah Jepang tidak mengerti bahwa pantun berbahasa Jawa tersebut merupakan ekspresi sinisme yang menghunus pihaknya. Namun kidungan keras yang berkamuflase dalam ludruk tersebut akhirnya terbongkar entah oleh siapa. Dan tragedy mengisahkan bahwa Cak Durasim ditangkap secara tidak manusiawi saat menggelar pentas di Desa Mojorejo kabupaten Jombang, dan kemudian wafat setahun sesudahnya.

Tak dapat disangkal memang, jika kekuatan seni dan budaya mampu memainkan peran sebagai media ampuh dalam penyaluran aspirasi. Cak Durasim meyakini bahwa kekuatan inilah yang dapat membuka pintu nurani manusia sehingga mendatangkan bunga-bunga dan kebijakan jiwa.
Inovasi seni yang dilakoni cak Durasim ternyata meninggalkankesan khusus bagi para seniman bangsa. Atas jasa beliau dalam meniupkan gairah unik ke dunia seni, maka dibangunlah gedung teater “CAK DURASIM” yang berdiri di Taman Budaya Surabaya. Patung serta parikan fenomenal beliapun diikutsertakan dalam konstruksi banguna tersebut. Gedung Cak Durasim tak hanya berfungsi sebagai latar pertunjukkan teater, tetapi juga untuk pementasan puisi, seni musik, seni tari, seni rupa, dan sebagainya. Bahkan W. S. Rendra pernah menggelar pementasan spektakulernya di gedung yang berhadapan dengan pohon beringin ini.
Banyak seniman masa kini yang menjadi follower atas gaya Cak Durasim. Mereka merangkai amanat dalam gerak, menyampaikan pesan lewat pantomime, bahkan sinisme dalam diam. Cita rasa seni yang klasik namun pedas dan sarat makna, beberapa di antara seniman muda berkiblat pada inovasi Cak Durasim. Dalam kondisi yang telah berbeda, kritisasi terhadap penguasa tak kunjung dirasa basi. Cak Durasim bagai mengalami regenerasi dalam wujud baru yang lebih modern dan siap untuk terus menggerakkan nyawa dunia seni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.